IBM TKK SANTO YUSUP 1: IMPLEMENTASI PERMAINAN TRADISIONAL
DOI:
https://doi.org/10.37832/asawika.v4i1.19Keywords:
Kemampuan Bersosialisasi, Permainan Tradisional, TKK Santo Yusup 1Abstract
Ada banyak nama yang disandang oleh manusia, salah satunya adala homo sociale. Kata sociale berasal dari
bahasa Latin yang artinya teman. Homo Sociale bisa diartikan secara sederhana sebagai mahkluk yang berteman.
Mahkluk yang memiliki kodrat berteman, memiliki kecenderungan hidup bersama orang lain. Dalam dunia
pendidikan, sosialitas dimulai sejak anak menginjak bangku sekolah di taman kanak-kanak. Anak-anak sudah
diajari bagaimana dia harus berteman, bersosialisasi bersama teman-temannya yang lain. Paradoksnya, ketika
anak-anak di sekolah diajar untuk berteman (bersosialisasi), justru di rumah anak-anak disuguhi permainanpermainan game online yang bisa menggiring anak pada mentalitas asosial. Berangkat dari realitas inilah penulis
mengajukan program pengabdian untuk menghidupkan kembali permainan-permainan tradisional, sebagai tindak
lanjut dari penelitian yang menyimpulkan bahwa permainan tradisional ini justru mendukung anak untuk mampu
bersosialisasi dengan orang lain. Permainan tradisional yang sudah diimplementasikan dalam progam pengabdian
ini adalah permainan cublak-cublak suweng, jamuran, dakon, engklek, gobak sodor, bekelan, Gasing, ular naga,
petak umpet, dan patil lele. Dari hasil pengabdian ini diketahui bahwa anak-anak yang mengikuti kegiatan
permainan tradisional memiliki kemampuan bersosialisasi yang lebih baik.
Kata Kunci: Kemampuan Bersosialisasi, Permainan Tradisional, TKK Santo Yusup 1